Kapal kayu berukuran panjang 20 meter dan lebar 4,5 meter itu menempuh perjalanan panjang dari Jakarta pada 11 Mei, kemudian singgah di Pontianak (15 Mei 2016), Brunei (22 Mei 2016), Manila (29 Mei 2016), Kaohsiung Taiwan (6 Juni 2016). Nakhoda kapal Muhammad Amin Azis (70) mengaku perjalanan yang ditempuh dari Kaohsiung, Taiwan menuju Naha, Okinawa merupakan rute terberat yang dihadapi oleh nakhoda dan seluruh kru kapal.
Proses Pembuatan Kapal Spirit Of Majapahit
Saat itu di 2010, puluhan batang pohon kelapa berjejer di pesisir Pantai Slopeng, Sumenep, Madura. Di atas batang kelapa, nampak bertengger sebuah perahu besar yang diikat dan ditarik ratusan orang. Sejak pagi, mereka berusaha "menggeret" kapal berbobot 20 ton itu dari "bengkelnya", yang berjarak 20 meter dari bibir pantai. Setiap ditarik, hanya bergeser beberapa sentimeter.
Pada petang hari akhirnya kapal itu terapung di pantai yang berjarak sekitar 20 kilometer sebelah utara Kota Sumenep. Kapal itu bukan sembarang kapal. Itu adalah replika kapal dagang pada zaman Majapahit yang disadur dari relief yang ada di Candi Borobudur. Namanya "Spirit of Majapahit". Gagasan pembuatan kapal datang dari sebuah komunitas Japan Majapahit Association (JPA), kelompok pengusaha di Jepang yang peduli terhadap sejarah dan kebudayaan Kekaisaran Majapahit. Kapal ini dibuat untuk mengenang kerja sama pasukan Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Jepang saat berperang melawan pasukan Kerajaan Cina di Samudra Pasifik. Karena itu, ongkos pembuatan kapal yang mencapai Rp 900 juta itu ditanggung pemerintah Indonesia dan Jepang.
Kapal ini sangat khas karena berbentuk oval dengan kedua ujung melancip supaya dapat memecah ombak setinggi 5 meter. Kapal ini memiliki dua kemudi dari kayu di buritan dan cadik pada kedua sisi yang berfungsi sebagai penyeimbang. Layar dipasangkan pada tiang-tiang membentuk segitiga sama sisi dan buritan atau bagian belakang kapal lebih tinggi dari haluan atau bagian depan.
Agar tampilannya persis seperti kapal pada abad ke-15, tak setetes cat pun melekat pada kayu jati, yang menjadi bahan utama pembuat kapal itu. Satu-satunya alat modern yang digunakan pada kapal itu adalah mesin diesel berkekuatan 150 PK untuk menambah kecepatan sekaligus berjaga-jaga dalam keadaan darurat.
Sebagai kapal tradisional terbesar di Indonesia dengan panjang 20 meter, lebar 4,5 meter, dan tinggi 2 meter, Spirit Majapahit dibuat dari 28,63 kubik kayu jati tua dan kering. "Kayu seperti ini hanya ada di Kabupaten Tuban dan Rembang," kata penanggung jawab teknisi kapal Spirit Majapahit, Supardi. Adapun bahan lain, seperti bambu petung dan kayu pereng, yang masing-masing digunakan untuk membuat cadik dan pasak, dapat ditemukan di daerah Sumenep.
Dalam tempo 3 bulan, 15 ahli pembuat kapal dari sejumlah desa nelayan di Sumenep berhasil menyelesaikan tugas mereka. Proses pembuatan kapal ini tergolong unik karena pengerjaannya dimulai dari cekungan lambung kapal, kemudian memasang rangka. Padahal biasanya pembuatan kapal dilakukan sebaliknya. Sebelum menyentuh air laut, kapal ini diruwat dengan menggelar tahlilan agar membawa keselamatan.
Sumber:
spiritmajapahit.com
Situs Kemenko Maritim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar