Ada pemandangan yang menarik selama
aku bersepeda mengelilingi pantai di kawasan Kemujan, Karimunjawa. Di
tempat-tempat tertentu, aku dapat melihat kesibukan orang yang sedang membuat
kapal kayu. Rata-rata dalam pembuatan satu kapal, hanya dilakukan dua orang.
Aku melihat pertama di rumah salah satu warga di Gelaman, kemudian berlanjut
saat sedang bersepeda ke Pelabuhan Mrican, di tepian pantai ada dua warga setempat yang sedang membuat satu kapal
kecil.
Seperti yang aku ceritakan
sebelumnya, aku sempat berbincang dengan beliau yang bekerja membuat kapal
kayu. Di Pelabuhan Mrican, mereka
membuat kapal kayu dengan besar 5 papan. Kapal yang tidak terlalu besar, namun
tidak kecil juga. Kapal sebesar itu sudah cukup untuk berlayar mencari ikan.
Bahkan, ada beberapa kapal kayu yang lebih kecil dibuatnya. Aku pun meminta
ijin untuk mengabadikan aktifitas mereka selama mengerjakan pembuatan kapal.
Proses pembuatan kapal kayu di Pelabuhan Mrican |
“Berapa papan, pak?” Waktu itu aku bertanya.
“Lima papan, mas.”
“Berapa lama untuk pembuatan kapal sebesar ini?”
“Sekitar dua bulan untuk siap melaut, tapi itu belum termasuk
mengecatnya, mas.”
Cukup cepat juga ya, membuat satu
kapal berukuran lumayan seperti ini membutuhkan waktu 60 hari. Ya, kurang
lebihnya adalah dua bulan sampai siap berlayar. Kali ini pandanganku tertuju
pada salah satu bapak yang sedang membuat “Pasa’”.
Pasa’ ini adalah kayu yang dibentuk
seperti paku, dan digunakan untuk memaku kayu-kayu yang dikapal agar
bersambung. Pakunya tidak terbuat dari besi, namun terbuat juga dari kayu;
khusus Pasa’ kayu yang digunakan
adalah kayu Ulin (Kayu Besi).
Membuat Paku Pasa untuk memaku papan kapal |
Cara pembuatan Pasa’ pun cukup simpel, kayu-kayu besi dipotong sepanjang 15cm,
dan dibelah menjadi kecil. Kemudian dibentuk runcing salah satu ujungnya.
Setelah itu kemudian ujung tersebut dimasukkan pada lempengan besi yang sudah
ada ukuran lubangnya, tinggal dipukul dari atas dengan palu, akhirnya
terbentuklah semacam paku yang siap pakai. Menarik kan cara pembuatannya?
Jangan sampai lengah, bisa-bisa jari kita sendiri yang terkena pukulan palu.
Atau bagi yang tidak terbiasa, kalian harus hati-hati. Kadang bisa tertusuk
oleh kayu kecil pada jari kalian.
Inilah paku pasa yang akan digunakan memaku papan-papan kapal |
Tidak hanya di Pelabuhan Mrican, aku pun melihat pembuatan kapal lebih lama lagi
di pantai Pantura. Di sini salah
satu warga Batulawang membuat kapal juga. Ukuran kapal pun sama, setiap sisi
sebanyak lima papan. Kalau yang membuat kali ini aku mengenalnya, karena salah
satunya (anaknya) adalah temanku bermain sepakbola jika ada turnamen. Kami pun
berbincang lama sekedar menyapa. Kalau tadi di Pelabuhan Mrican pakai bahasa Jawa, sedangkan di sini aku
menggunakan bahasa Bugis.
Pembuatan kapal kayu di pantai Pantura |
Ada banyak warga yang bisa membuat
kapal di Karimunjawa. Bahkan yang satu kampung denganku juga ada, mereka tidak
hanya di Karimunjawa saja membuat kapalnya. Pernah ketika sedang bekerja di
Belitung, mereka pun membuat kapal di Belitung. Kapal bagi warga setempat di
sini layaknya sebuah kendaraan yang menghasilkan, dengan kapal mereka dapat
melaut dan menghidupi kesehariannya. Kapal-kapal ini kelak akan mengarungi
lautan di Karimunjawa, akan melawan hempasan ombak laut, dan menjadi modal bagi
pemiliknya untuk menghidupi keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar